Impian Pribadi VS Impian Orangtua

0
1867

Dahulu ketika saya memiliki impian masuk pesantren, orangtua saya menolak karena khawatir tidak bisa menjaga diri, impian saya pun bertolak belakang dengan impian orangtua saya, siapa yang harus saya ikuti? Tentulah omongan orangtua, betul? bukankah ridho Allah adalah ridhonya orangtua (HR Tirmidzi). Tapi apa yang terjadi, saya justru mendapatkan ilmu agama jauh lebih banyak dan lebih fleksibel, saya bisa ikut ngaji sesuka yang saya mau, bahkan setiap malamnya yang diadakan di mesjid dekat rumah dan juga balai desa setempat. Alhamdulillah disamping aktifitas sekolah, saya juga bisa belajar tilawah mujawwad bersama guru qori international ust Fadlan Zainuddin, belajar murottal bersama bang Dikki, belajar fiqhi bersama ust Zulkarnain, dan lain sebagainya. Anda tahu tilawah mujawwad? Membaca Al-qur’an dengan lantunan lagu yang umum dibawakan para pembaca Al-qur’an.

Setelah bertahun-tahun saya belajar tilawah mujawwad, alhamdulillah dari kecil, remaja hingga dewasa saya sudah terbiasa mengikuti MTQ tingkat kota madya bahkan hingga Nasional. Saya melihat impian saya yang tadinya masuk pesantren ditahan oleh orangtua justru menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar, sehingga bukan hanya ilmu agama saja yang saya dapatkan, melainkan saya bisa dekat dengan orangtua dan keluarga. Begitulah manfaatnya ketika impian orangtua, lebih kita dengar dibandingkan Impian kita.

Bahkan cerita ini pun ikut mewakili, ada seorang mahasiswa yang malas belajar hanya karena impian ia ingin masuk jurusan komputer terhambat karena ibunya memiliki impian yang berbeda yaitu agar anaknya masuk jurusan Kimia. Apa yang terjadi, enam tahun kuliah tidak juga lulus, bahkan IPK sangat memprihatinkan, akhirnya 7 tahun ia pun lulus, Allah temukan jodohnya di Kimia, apa yang terjadi sesudahnya? Allah berkahi usahanya membuat minimarket di Lombok, sekarang hidup sudah berkecukupan, semua itu karena apa? karena memilih impian orangtua diatas segalanya.

Bahkan cerita ini pun ikut mewakili, ada seorang mahasiswa yang malas belajar hanya karena impian ia ingin masuk jurusan komputer terhambat karena ibunya memiliki impian yang berbeda yaitu agar anaknya masuk jurusan Kimia. Apa yang terjadi, enam tahun kuliah tidak juga lulus, bahkan IPK sangat memprihatinkan, akhirnya 7 tahun ia pun lulus, Allah temukan jodohnya di Kimia, apa yang terjadi sesudahnya? Allah berkahi usahanya membuat minimarket di Lombok, sekarang hidup sudah berkecukupan, semua itu karena apa? karena memilih impian orangtua diatas segalanya.

Saya tidak mengatakan impian anda tidak bagus, impian seseorang itu sangatlah bagus, apalagi disertai dengan ridho dari orangtua, betul gak? justru akan membuka pintu langit bergetar, mengapa? karena ada ridho Allah yang ikut mewujudkan impian anda, bukankah ridho Allah menyertai ridhonya orangtua. Selaraskan impian anda insyaAllah akan terjadi keajaiban-keajaiban.

Sebenarnya hampir seluruh orangtua memiliki hati yang tulus, hatinya akan luluh ketika sang anak bisa menjelaskan dengan baik impiannya, sehingga tidak harus bersebrangan jalan antara impian anda dan impian orangtua anda, kalaulah anda bisa menyelaraskannya, maka itu akan mempercepat impian anda sendiri. Caranya bagaimana?

Ulama kita Imam Abu Hamid Al-Ghozali pernah berpesan dalam hal sopan santun terhadap kedua orangtua, apa itu :

  1. Mendengar ucapan mereka
  2. Berdiri ketika mereka berdiri
  3. Menaati semua perintah mereka
  4. Tidak berjalan didepan mereka
  5. Tidak bersuara lantang dihadapannya
  6. Memenuhi panggilannya
  7. Menyenangkan hati mereka
  8. Tidak boleh mengungkit kebaikan yang telah diberikan oleh mereka
  9. Tidak boleh bepergian kecuali dengan izin mereka

Kalau kita sudah melakukan itu semua, insyaAllah orangtua akan selalu ridho dengan impian anda, akan selalu berdo’a mendukung impian anda, akan selalu bersyukur memiliki seorang anak seperti anda, betul tidak?

Tapi ingat jangan sampai anda pernah membohongi orangtua anda, sebab murka Allah akan hadir begitu secepat. Anda percaya? Ini kisah nyatanya. Istri saya bercerita “saat SMP, saya memiliki seorang teman anggaplah bernama Adi, pada saat itu sekolah kami mengalami musibah, salah satu guru ada yang meninggal, jadi seluruh siswa diharapkan hadir untuk melayat guru yang meninggal, si Adi bersama temannya berboncengan dan berpamitan ke Ibunya untuk melayat, padahal ia sedang membohongi Ibunya, yang ada hanyalah main band bersama temannya, ditengah perjalanan pulang, motor Adi mengalami kecelakaan dan dinyatakan meninggal ditempat, sang Ibu akhirnya tahu kalau dibohongi oleh anaknya setelah temannya menjadi saksi bahwa ia tidak berangkat layat.”

Bahkan baru baru ini, agustus 2015 di Gunung Semeru, terjadi musibah meninggalnya mahasiswa pendaki gunung, korban sebelumnya tidak berpamitan kepada orangtuanya, tidak dapat izin dari orangtuanya. Ya kan? Bukan masalah mendaki gunung yang kita pikirkan, tapi masalah izin dan ridho orangtualah yang harus fokus kita lakukan, agar apa? agar hidup ini penuh berkah dan menuai manfaat bagi sesama, orangtua ridho, Allah pun turut ridho.

Coba kita renungi kejadian berikut ini :Kesialan yang datang terus menerus di kehidupan kita, jangan jangan hubungan kita dengan orangtua yang tidak baik, masalah yang tidak kunjung habisnya, jangan jangan komunikasi kita dengan orang tua yang bermasalah, jodoh yang tidak kunjung datang, jangan jangan perkataan orangtua sering kita abaikan, istri yang tidak kunjung hamil, jangan-jangan hati orangtua pernah kita sakiti. Benar saja apa yang direktur pertamina katakan, masalah yang anda punya semuanya berasal dari ridho atau tidak ridhonya orangtua terhadap anda. Betul?

Akhirnya teman saya dari Medan mengatakan, Bahagiakan orangtua anda, insyaAllah anda akan bahagia, Sakiti hatinya, Murka Allah hadir secepat kilat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here