“Kalau anda memang suka ngeluh, itulah anda, anda gak pantes jadi pengusaha, kalau anda suka marah, itulah anda, anda gak pantas jadi pemimpin, kenapa? karena anda adalah apa yang anda cerminkan ke diri anda dan orang lain” (Didik Arwinsyah)
AYO BERCERMIN
Halo para blogger semuanya, saya mengajak anda untuk melihat keadaaan diri anda sekarang, coba berdiri dan perhatikan diri anda, kemudian coba anda bercermin, apa yang anda lihat? Diri anda bukan? cakep gak? hehe, oke oke serius, bukan itu maksud saya. Pertanyaan saya adalah, apakah ada tubuh yang kurang yang Allah berikan kepada anda? Apakah ada sesuatu yang salah dengan diri anda? Yap, saya mendengar bahwa anda mengatakan segala sesuatunya di diri anda adalah sudah sempurna dan istimewa, betul? Anda sepakat dengan itu? Kalaupun anda semisal tidak sempurna atau cacat, saya rangkul anda dan tanamkan dalam diri anda, bahwa Allah menjadikan diri anda orang yang sangat hebat, orang yang beda dan istimewa, Allah mempunyai maksud tersembunyi dibalik itu semua, tanamkan itu semua dan tetaplah selalu bersyukur, bukankah didalam kekurangan ada kekuatan hebat? Semoga anda mengerti hal ini.
Baik, kalau sudah begitu, anda tidak perlu khawatir akan diri anda sekarang, ya kan? yang perlu anda khawatirkan justru apakah anda siap untuk hidup? dan berjuang menjadi lebih baik dari kemarin? serta menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama, Apakah anda siap? Sebagai manusia yang beragama dan beriman, tentulah kita harus siap untuk menghadapi hal ini, karena tidak ada cara lain selain kita hidup untuk kebaikan atau mati untuk kesyahidan. Betul gak? kalau begitu saya ulangi sekali lagi, apakah anda siap? SIAP (dengan suara lantang), nah gitu dong. Tos dulu sama saya.
OK, perhatikan baik-baik, bukankah manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan binatang, jin dan malaikat. Anda setuju? Coba bayangkan, Allah jadikan hewan yang tidak memiliki akal, Allah jadikan jin yang tidak memiliki jasad, Allah jadikan malaikat yang tidak memiliki nafsu. Sedangkan manusia? Manusia memiliki jasad, nafsu, dan akal sehat, lengkap bukan. Manusia juga merupakan sebaik-baik ciptaan Allah. Jika manusia menggunakan akal sehatnya sebagai kebaikan, ia bisa berada diatas malaikat, namun manusia pun bisa berada dibawah, tempat yang lebih rendah melebihi rendahnya binatang jika nafsunya melebihi akal. Perhatikan qur’an (QS 25 : 44).
Suatu ketika, seseorang datang dan bertanya kepada murobbi, orang itu mengeluh tidak punya modal usaha, sang murobbi pun menjawab “maukah kaki anda saya beli 250 juta?” seorang itu pun tertunduk dan berkata “wah tidak mau saya jual kaki saya” kenapa tidak mau? Karena anda tahu bahwa kaki anda merupakan modal luar biasa dari Allah kan, dan tidak ternilai harganya, iya kan. kalau begitu artinya anda sudah memiliki modal sebanyak setengah miliyar, yaitu dua kaki. Betul? Bukankah cukup dengan modal setengah milyar bagi seorang wirausaha pemula, bahkan lebih dari cukup.
Pantas saja pak Iir ketika ditanya masalah modal, tangan beliau langsung menunjuk ke kepala dan kemudian ke dengkulnya, seraya berkata “bukankah ini modal terbesar yang diberikan Allah kepada setiap manusia?”. Yang mendengarkan, spontan ketika itu pun langsung terdiam dan terserap didalam hatinya. Kisah ini nyata dihadapan saya dan para ribuan peserta seminar. Sudahlah, semakin anda mengeluh, semakin tercermin diri anda untuk tidak pantas mendapatkannya. Kalau anda merasa pantas, pun tercermin diri anda untuk pantas mendapatkannya. Siap?
Sekarang begini, banyak orang yang takut bermimpi besar, karena apa? karena ia bercermin mempolakan cerminan keluarganya, yang tidak mampu mencukupi kehidupan keluarganya. Seraya berkata dalam hati “sudahlah, kalau miskin ma miskin aja, gak usah belagak sok mau kaya, bercermin dulu tuh diri sebelum melangkah lebih jauh”. Ini kan hanya pemikiran syaitan saja kalau menurut saya, yang senang melihat manusia melarat, fakir dan terlunta-lunta. Coba kita berfikir, bukankah fakir mendekatkan diri dengan kekufuran, bukankah karena fakir ia rela mengorbankan agamanya, ia rela mengorbankan harga dirinya, betul gak? fenomena ini terjadi di Padang Sumatera Barat, hilang aqidah dan murtad hanya karena sesuap nasi, hanya karena harta, masyaAllah, begitu rendahkah nilai aqidah kita sehingga bisa diperjual belikan begitu saja. Dengan alasan miskin, agama pun bisa prihatin. Jadi bercerminlah yang baik, yang dengan disisipkan impian didalam hati, ingat tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah sudah mengatakan kun jadi Fayakun maka jadi-lah.
Begitupun pola cinta, boleh jadi ketika anda naksir dengan seorang gadis cantik atau pria tampan, kemudian anda bercermin untuk memantaskan diri mendapatkan cintanya, iya gak? kalau pola impian kesuksesan ini anda terapkan, insyaAllah impian itu sesuai dengan cerminan anda. Anda merasa mampu dan yakin, anda akan mendapatkannya, begitu pula sebaliknya, anda merasa tidak yakin dan tidak mampu, anda tidak pula mendapatkannya. Tidakkah anda tahu begitu dahsyatnya kekuatan bercermin? adalah Leonel Messi yang sewaktu kecilnya selalu bercermin membayangkan dirinya pemain bola terhebat sepanjang massa, dan akhirnya ia dapatkan itu semua dengan meraih Ballon D’or alias pemain terbaik dunia selama 4 tahun berturut-turut, dan baru baru ini kembali mendapatkan penghargaan itu di tahun 2015. Begitupun saudara kami dari Medan, H. Fakhrudin Sarumpaet, yang semasa kecilnya selalu menggambarkan dirinya Qori Internasional, padahal waktu itu beliau hanyalah qori tingkat kecamatan saja, dan akhirnya ia pun terpilih sebagai juara 1 Internasional di Iran mengalahkan 40 negara di Dunia.
Kenapa terkadang kita bisa menilai orang lain dengan benar? Itu karena kita tahu cerminan dia, seorang ustadz Yusuf Mansyur misalnya, ia selalu mencerminkan dirinya seorang Kiyai, dan alhamdulillah panggilan untuk beliau saat ini adalah K.H Yusuf Mansyur, selaras bukan? Begitu pun seorang Ippho Santosa mencerminkan dirinya pakar otak kanan, dan akhirnya beliau disebut dengan Ippho (Right) Santosa, adalah benar Dr. Iip Izul Fallah mencerminkan dirinya sebagai Professor, dan alhamdulillah beliau sekarang digelar Prof. Dr. Iip Izul Fallah, bahkan hal ini terjadi berdasarkan mindset public dalam menilai seseorang. Contoh saja, kalau saja saya mengatakan ustad zikir, siapa yang anda bayangkan? Pastilah Ustadz Arifin Ilham, kalau saya katakan ustadz sedekah, pasti anda menggambarkannya adalah Ustadz Yusuf Mansur, dan masih banyak kejadian-kejadian yang lain. Siapa tahu anda merupakan salah satu menjadi mindset public itu. Tinggal bagaimana anda mencerminkan diri anda kesesuatu yang baik atau buruk, itu semua tergantung anda. Siap?